Tokoh
Awam Yang Membantu Rasul Paulus Dalam Pengkabaran Injil
I.
Yohanes
Markus
Markus sang Penginjil (bahasa Latin: Mārcus; bahasa Yunani: Μᾶρκος; bahasa Koptik: Μαρκοϲ; bahasa Ibrani: מרקוס) seorang Kristen yang hidup pada abad
ke-1 dan diyakini sebagai penulis Injil
Markus. Di sejumlah bagian Alkitab namanya ditulis "Yohanes yang disebut (juga) Markus".
Markus, berasal dari keluarga Yahudi yang kaya, besar di
Yerusalem. Pertama kali kita tahu
tentang dia adalah dalam lingkup sejarah Kristen masa awal. Pada kira-kira
tahun 44 M ketika malaikat Allah dengan mukjizat membebaskan Petrus dari
penjara Herodes Agripa I, Petrus pergi ”ke rumah Maria, ibu Yohanes yang
disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa”. (Kis. 12:1-12)
Jadi, tampaknya sidang Yerusalem berhimpun di rumah ibu Markus.
Karena ”banyak orang” berhimpun di sana, bisa jadi rumah itu besar. Maria punya
hamba perempuan bernama Roda yang menjawab ketukan Petrus di ”pintu gerbang”.
Hal ini menyiratkan bahwa Maria seorang wanita yang cukup berada. Dan, rumah
itu disebut rumahnya bukan rumah suaminya, jadi mungkin dia seorang janda dan
Markus masih cukup muda. (Kis. 12:13)
Markus agaknya termasuk di antara orang-orang yang berkumpul untuk
berdoa. Ia tentu mengenal baik murid-murid Yesus dan orang-orang lain yang
telah menyaksikan berbagai peristiwa dalam pelayanan Yesus. Malah, boleh jadi
Markus-lah pemuda berpakaian seadanya yang mencoba mengikuti Yesus saat ia
pertama kali ditahan tetapi yang lari ketika mereka berupaya menangkapnya. (Mrk.
14:51, 52)
Bergaul dengan orang-orang Kristen yang matang pasti berpengaruh
positif terhadap Markus. Ia bertumbuh secara rohani dan menarik perhatian
saudara-saudara yang bertanggung jawab. Kira-kira pada tahun 46 M, ketika
Paulus dan Barnabas ”mengirimkan bantuan” dari Antiokhia ke Yerusalem untuk
meringankan dampak suatu bala kelaparan, mereka menaruh minat terhadap Markus.
Tatkala Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia, mereka mengajak Markus. (Kis.
11:27-30; 12:25)
Orang yang membaca sepintas lalu mungkin menganggap tidak ada
hubungan tertentu—selain secara rohani—antara ketiganya, bahwa Paulus dan
Barnabas merekrut Markus hanya karena kecakapannya. Tetapi, salah satu surat
Paulus menyingkapkan bahwa Markus adalah sepupu Barnabas. (Kol. 4:10) Ini
mungkin bisa menjelaskan kejadian-kejadian berikutnya menyangkut Markus.
Satu tahun atau lebih berlalu, dan ROH KUDUS mengarahkan agar
Paulus serta Barnabas memulai perjalanan utusan injil. Mereka berangkat dari
Antiokhia ke Siprus. Yohanes Markus ikut bersama mereka ”sebagai pelayan”.
(Kis. 13:2-5) Barangkali Markus mengurus hal-hal yang perlu selama perjalanan
agar rasul-rasul itu bisa berkonsentrasi pada hal-hal rohani.
Paulus, Barnabas, dan Markus melintasi Siprus, mengabar sepanjang
perjalanan; lalu mereka berangkat ke Asia Kecil. Di sana, Yohanes Markus
membuat keputusan yang mengecewakan Paulus. Catatan itu mengatakan bahwa
sewaktu ketiganya tiba di Perga, ”Yohanes meninggalkan mereka dan kembali ke
Yerusalem”. (Kis. 13:13)
Beberapa tahun kemudian, Paulus, Barnabas, dan Markus sudah berada
lagi di Antiokhia. Kedua rasul itu sedang membahas perjalanan utusan injil yang
kedua guna memupuk hasil-hasil yang telah dicapai pada perjalanan yang pertama.
Barnabas ingin sepupunya ikut, tetapi Paulus sama sekali tidak setuju karena
Markus sebelumnya telah meninggalkan mereka. Ini menimbulkan kejadian yang
digambarkan di awal. Barnabas membawa Markus dan mengerjakan kampung halamannya
Siprus, sedangkan Paulus pergi ke Siria. (Kis. 15:36-41) Jelaslah, Paulus dan
Barnabas berbeda pandangan soal keputusan Markus dahulu.
Markus pasti merasa pedih akibat pengalaman ini. Namun, ia tetap
menjadi pelayan yang setia. Sekitar 11 atau 12 tahun setelah insiden dengan
Paulus itu, Markus muncul lagi dalam sejarah Kekristenan masa awal.
Pada tahun 60-61 M, ketika Paulus berada dalam penjara di
Roma, ia mengirim sejumlah surat kepada jemaat di Kolose. Ia menulis,
”Aristarkhus, sesama tawanan denganku, mengirimkan salamnya kepadamu, demikian
pula Markus, sepupu Barnabas, (mengenai dia kamu telah mendapat perintah untuk
menyambutnya seandainya dia datang kepadamu) Hanya mereka inilah rekan-rekan
sekerjaku untuk kerajaan Allah, dan mereka inilah yang telah membantu
menguatkan aku.” (Kol. 4:10, 11)
Bukan main peralihannya! Dari orang yang sangat tidak disukai
Paulus, Markus kembali menjadi rekan sekerja yang berharga. Paulus rupanya
menginformasikan kepada jemaat di Kolose bahwa Markus mungkin akan mengunjungi
mereka. Jika demikian, Markus boleh jadi bertindak sebagai wakil Paulus.
Apakah Paulus bertahun-tahun sebelumnya terlalu kritis terhadap
Markus? Apakah Markus mendapat manfaat dari disiplin yang perlu? Atau,
barangkali kedua-duanya? Apa pun kasusnya, rekonsiliasi mereka membuktikan
kematangan Paulus maupun Markus. Mereka tidak mengungkit-ungkit masa lalu dan
kembali bekerja sama. Sungguh teladan yang bagus bagi siapa pun yang pernah
berbeda pendapat dengan rekan Kristen!
Markus yang sering Bepergian. Ia berasal dari Yerusalem, hijrah ke
Antiokhia, dan dari sana bertolak ke Siprus dan Perga. Ia lantas pergi ke Roma.
Dari sana Paulus ingin mengutus dia ke Kolose. Dan, masih banyak tempat lagi! Rasul
Petrus menulis suratnya yang pertama sekitar tahun 62-64 M. Ia
menulis, ”Wanita yang berada di Babilon itu . . . mengirimkan
salamnya kepadamu, demikian pula Markus, putraku.” (1 Ptr. 5:13) Jadi,
Markus bepergian ke Babilon untuk melayani bersisian dengan sang rasul yang
bertahun-tahun sebelumnya berhimpun di rumah ibunya.
Tatkala Paulus dalam pemenjaraannya yang kedua di Roma kira-kira
tahun 65 M menulis surat untuk memanggil Timotius dari Efesus, Paulus
menambahkan, ”Jemputlah Markus dan bawalah dia bersamamu.” (2 Tim. 4:11)
Jadi, Markus berada di Efesus saat itu. Dan tidak diragukan lagi bahwa Markus
menyambut panggilan Paulus untuk kembali ke Roma bersama Timotius. Bepergian
pada masa itu tidak mudah, tetapi Markus rela melakukan perjalanan-perjalanan
itu.
Suatu hak istimewa yang Markus miliki adalah diilhami oleh Allah
untuk menulis salah satu Injil. Meskipun Injil yang kedua tidak menyebutkan
nama penulisnya, tradisi turun-temurun yang paling awal menganggap bahwa Markus
adalah penulisnya dan berpendapat bahwa Petrus-lah sumbernya. Malah, Petrus
menyaksikan hampir semua yang Markus catat.
Menurut para pengamat Injil Markus, ia menulis untuk pembaca
non-Yahudi; ia memberikan penjelasan berguna tentang kebiasaan Yahudi. (Mrk.
7:3; 14:12; 15:42) Markus menerjemahkan istilah bahasa Aram yang mungkin tidak
dimengerti oleh pembaca non-Yahudi. (Mrk. 3:17; 5:41; 7:11, 34; 15:22, 34)
Ia menggunakan banyak istilah bahasa Latin dan bahkan menjelaskan kata Yunani
yang umum dengan bahasa Latin. Ia memberi tahu nilai uang logam Yahudi dalam
uang Romawi. (Mrk. 12:42) Semua ini tampaknya selaras dengan kisah
turun-temurun bahwa Markus menulis Injilnya di Roma.
Menulis Injilnya tentu bukan satu-satunya hal yang Markus lakukan
di Roma. Ingat apa yang Paulus minta kepada Timotius, ”Jemputlah Markus dan
bawalah dia bersamamu.” Alasan Paulus? ”Karena dia berguna untuk melayani aku.”
(2 Tim. 4:11). Disebutkannya Markus di sini menyingkapkan banyak hal tentang
dia. Dalam kariernya, Markus tidak pernah tampil sebagai rasul, pemimpin, atau
nabi. Ia seorang pelayan, yaitu orang yang meladeni dan melayani orang lain.
Dan di saat ini, tidak lama sebelum kematian Paulus, sang rasul pasti bisa
memperoleh manfaat dari bantuan Markus.
Jika disatukan, berbagai potongan informasi yang dimiliki tentang
Markus, menghasilkan potret seorang pria
yang bersemangat memajukan kabar baik di berbagai bagian ladang sedunia, pria
yang senang melayani orang lain.
Sebagai catatan, orang-orang pada zaman Markus lazim memperoleh
atau menerima nama kedua dalam bahasa Ibrani atau bahasa asing. Nama Yahudi
Markus adalah Yohanan-Yohanes, dalam bahasa Indonesia. Nama panggilannya dalam
bahasa Latin adalah Markus.—Kis. 12:25.
II.
Timotius
Timotius (Yunani:
Τιμόθεος; Timótheos, artinya "memuliakan Tuhan"; bahasa
Inggris: Timothy) atau Santo Timotius adalah seorang uskup Kristen abad pertama yang meninggal sekitar tahun 97 Masehi (ada yang menulis tahun 80 Masehi). Dalam
bagianPerjanjian Baru di Alkitab Kristen dicatat bahwa Timotius bepergian dengan Rasul
Paulus, yang juga menjadi mentornya.
Anak yg lahir dari
perkawinan campuran: ibunya wanita Yahudi, jelas mengajar dia mengenai Kitab
Suci, bapaknya seorang Yunani (Kis 16:1; 2 Tim 1:5).
Kampung halamannya Listra (Kis 16:1)
dan dia sangat dihormati oleh saudara-saudaranya orang Kristen baik di sana
maupun di Ikonium (Kis 16:2).
Kapan dia menjadi
Kristen tidak diberitakan secara khusus. Tapi suatu kesimpulan yg dapat
diterima ialah, bahwa dia bertobat waktu Paulus dalam safari pertama
penginjilannya mengunjungi Listra, dan bahwa ia menyaksikan penderitaan Paulus
pada peristiwa itu (2 Tim 3:11).
Menjelang perjalanan safari kedua Paulus melalui daerah itu, ibu Timotius sudah
menjadi Kristen juga.
Paulus sangat senang
melihat orang muda ini, ia memasukkan Timotius juga dalam kelompoknya,
barangkali untuk menggantikan Yohanes Markus (Kis 15:36 ). Pilihan ini dibenarkan oleh orang
lain, sebab di kemudian hari Paulus mengingatkan bahwa Timotius dapat
dikhususkan untuk pekerjaan ini (1 Tim 1:18; 4:14).
Pada saat itu Timotius menerima karunia khusus untuk tugasnya itu, yg
disampaikan kepadanya melalui penumpangan tangan sidang penatua dan Paulus
sendiri (1 Tim 4:14; 2 Tim 1:6).
Untuk menghilangkan suatu perlawanan yang tidak perlu dari pihak Yahudi
setempat, Timotius disunat sebelum berangkat menemani Paulus.
Mula-mula ia
dipercayakan pergi ke Tesalonika untuk meneguhkan hati orang-orang Kristen yg
teraniaya di situ. Bersama-sama dengan Paulus dan Silwanus, ia mengirim salam
dalam kedua Surat Tes, dan hadir bersama Paulus selama pekerjaan penginjilannya
di Korintus (2 Kor 1:19).
Kemudian ia kedengaran lagi selama pelayanan Paulus di Efesus, tatkala ia
diutus bersama Erastus ke Makedonia dengan suatu misi penting yg lain, dan dari
situ ia harus terus ke Korintus (1 Kor 4:17).
Timotius ternyata
pemalu, sebab Paulus mendesak orang-orang Korintus supaya membuatnya merasa
lega dan jangan menghina dia (1 Kor 16:10-11;
4:17).
Dari keadaan yg timbul di Korintus (lih 2 Kor) nampaknya misi Timotius tidak
berhasil baik, dan walaupun namanya terdapat bersama nama Paulus dalam salam
Surat 2 Kor, bukan Timotius tapi Titus yg menjadi utusan baru rasul Paulus.
Timotius menemani Paulus pada kunjungan berikutnya ke Korintus, sebab dia
bersama Paulus sebagai teman sekerjanya waktu Surat Rm ditulis (Rm 16:21).
Timotius bersama Paulus
ke Yerusalem untuk membawa persembahan yg telah terkumpul (Kis 20:4-5),
dan kemudian ia kedengaran lagi tatkala Paulus -- waktu itu seorang tahanan --
mengirim Surat-surat kepada jemaat di Kolose, Filipi dan kepada Filemon. Dalam
Surat Flp Timotius dipuji dengan hangat, dan Paulus bermaksud menyuruhnya
segera kepada mereka untuk mengetahui dengan pasti bagaimana kesejahteraan
mereka. Sesudah Paulus bebas dari penjara dan sibuk dalam kegiatan selanjutnya
di kerajaan Romawi wilayah timur, seperti yg diisyaratkan dalam Surat-surat
Penggembalaan, agaknya Paulus meninggalkan Timotius di Efesus (1 Tim 1:3)
dan menugasinya menghadapi guru-guru bidat, mengawasi ibadah umum dan
menetapkan pejabat-pejabat gereja. Walaupun jelas bahwa Paulus bermaksud hendak
bergabung lagi dengan Timotius, tapi kekuatirannya bahwa kedatangannya bisa
saja tertunda, memberi alasan untuk menulis surat pertama kepadanya.
Surat kedua kepada
Timotius ditulis tatkala Paulus ditahan kembali, bahkan sedang diadili demi
hidupnya. Timotius didesak supaya segera menjumpai Paulus, tapi apakah ia tiba
pada waktunya tak dapat diketahui dengan pasti. Kemudian Timotius sendiri
menjadi tahanan, seperti terlihat dari Ibr 13:23 jika kata Yunani apolelumenon, yang dalam ayat ini diterjemahkan 'berangkat',
ditafsirkan sebagai 'sudah dilepaskan'. Tapi rincian lain tidak ada, dan
mengenai sejarahnya yang berikut tidak ada yang kita ketahui dengan pasti.
Timotius penuh kasih
sayang (2 Tim 1:4),
tapi sangat penakut (2 Tim 1:7);
ia memerlukan banyak nasihat pribadi dari bapaknya secara iman; ia dinasihati
supaya jangan membiarkan dirinya tergoda oleh nafsu orang muda (2 Tim 2:22),
dan supaya jangan merasa malu menyaksikan Injil (2 Tim 1:8).
Namun tidak seorang pun dari teman-teman Paulus yg lain yg begitu amat
dipuji-puji karena ketaatannya (1 Kor 6:10; Flp 2:19; 2 Tim 3:10).
Tepat sekali bahwa surat Paulus yang terakhir dialamatkan dengan begitu penuh
kasih sayang kepada penggantinya yg agak segan itu, yang kelemahan-kelemahannya
begitu kentara sama seperti kebajikan-kebajikannya.
Menurut tradisi, Paulus
menahbiskan Timotius menjadi uskup di Efesus pada tahun 65, di mana ia melayani
selama 15 tahun. Pada tahun 97 (ketika Timotius sedang sakit parah pada usia 80
tahun), ia mencoba menghalangi prosesi penyembahan berhala dari orang-orang di
sana dengan menyampaikan khotbah. Massa marah dan memukulinya, menyeretnya di
jalan-jalan dan melemparinya dengan batu sampai mati. Pada abad ke-4, relikwinya dipindahkan ke Church of the Holy Apostles di Konstantinopel.
III.
Titus
Nama Titus tidak disebut
dalam Kis, tapi Titus adalah rekan Paulus yang sangat dia percayai. Namanya
muncul pertama kalinya saat timbul silang pendapat perihal non-Yahudi, tatkala
ia menemani Paulus dan Barnabas ke Yerusalem (Gal 2:1).
Ia sendiri merupakan persoalan karena bukan Yahudi, tapi nampaknya ia tidak
dipaksa supaya disunat (Gal 2:3).
Mungkin Titus menemani Paulus pada perjalanan yang kemudian, tapi apa
peranannya baru dapat diketahui setelah jemaat Korintus berada dalam keadaan
gawat. Jelas ia bertindak sebagai wakil Paulus di Korintus selama tahun
menjelang penulisan 2 Kor, dengan tugas khusus mengatur pengumpulan persembahan
untuk jemaat di Yerusalem. Tugas itu tidak tuntas, sebab Paulus mendesak Titus
segera kembali ke Korintus untuk pelayanan kasih (2 Kor 8:6).
Tugas lain yg diemban
oleh Titus ialah mengendorkan keadaan tenang yg timbul antara Paulus dan
orang-orang Korintus. Tugas ini jelas menuntut seorang bijaksana berjiwa luhur
dan kuat. Kelihatannya Titus berwatak lebih kuat daripada Timotius (1 Kor 16:10: 2 Kor 7:15)
dan sanggup sebagai pengatur (pemegang tata usaha). Membandingkan 2 Kor 2 dengan 2 Kor 7,
kita mendapat kesan bahwa Titus membawa sepucuk surat dari Paulus kepada orang
Korintus, yang sejak itu hilang lenyap ('surat yg keras itu'). Dalam surat itu
Paulus dengan kesedihan hati yg amat sangat memukul telak mereka karena sikap
mereka yg angkuh. Akhirnya Titus bergabung lagi dengan Paulus di Makedonia (2 Kor 7:6)
dengan membawa kabar baik. Sebagai buahnya, 2 Kor ditulis dan dibawa dengan
senang hati oleh Titus, yang nampaknya sangat prihatin akan keadaan masyarakat
Kristen di Korintus (lih 2 Kor 8:6).
Paulus menyebut Titus sebagai 'temanku yg bekerja bersama-sama dengan aku untuk
kamu' (8:23).
seorang yg tidak akan menipu orang-orang yg dipercayakan pada pembinaannya (2 Kor 12:18).
Dari surat yg
dialamatkan kepada Titus, bisa diyakini bahwa ia menemani Paulus ke Kreta
sesudah rasul itu dilepaskan dari penjara Roma. Kemudian ia ditinggalkan di
sana untuk menata dan memperkokoh pekerjaan di sana (Tit 1:5).
Surat Tit mendesaknya supaya ia menggunakan kekuasaannya menetapkan
pejabat-pejabat yang layak, mengatasi perlawanan dan dalam mengajarkan ajaran
yg murni. Ia disuruh supaya bergabung dengan Paulus di Nikopolis jika Artemas
atau Tikhikus sudah diangkat untuk menggantikan dia (Tit 3:12).
Mungkin ia mendapat tugas baru untuk memberitakan Injil ke Dalmatia, karena ia
masih menjalankan pekerjaan itu saat Paulus menulis 2 Tim (2 Tim 4: 10).
Tapi tradisi di kemudian hari mengatakan ia kembali ke Kreta, dan bahwa ia
menjadi uskup di sana sampai hari tuanya (Eusebius, EH 3.4.6).
IV.
Lidia
dari Tiatira
Dalam zaman kuno, Tiatira terletak di
perbatasan antara Lydia dan Mysia. Terkenal karena industri pewaranaan kain dan pusat
dari perdagangan pewarna Indigo (ungu). Di
antara reruntuhan kota kuno, terdapat tulisan-tulisan yang berhubungan dengan
organisasi pembuat warna di kota itu. Diketahui ada lebih banyak organisasi di
Tiatira dari pada kota-kota lain di provinsi Romawi Asia. Tulisan-tulisan itu
menyebutkan antara lain: pengerja kain wol, kain lenan, pembuat baju luar,
pewarna kain, pengerja kulit, penyamak kulit, tukang periuk, pembuat roti,
pedagang budak dan pengerja perunggu.
Lidia adalah
seorang pedagang kain ungu di kota Tiatira. Kain ungu merupakan kain yang
berkualitas dan mahal. Kain ungu biasanya dipakai sebagai penanda status
bangsawan atau keluarga kerajaan. Sangatlah mungkin jika Lidia seorang wanita
yang kaya raya.
Kitab Suci
menyebut bahwa Lidia adalah seorang yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka
hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (Kis 16:14).
Menarik untuk disimak bawah Lidia dan seluruh isi rumahnya dibabtis oleh
Paulus. Inilah babtisan pertama di daerah Filipi. Dia pun menawarkan tumpangan
bagi Paulus dan Silas selama di kota ini. Rumah Lidia menjadi tempat lahirnya
Gereja Filipi. Di rumah Lidia-lah Paulus bertemu dengan saudara-saudara dan
memberikan penghiburan kepada mereka. (Kis 16:40)
V.
Akwila
dan Priska
Orang Yahudi, suami istri, tukang kulit (Kis 18:3),
sahabat setia Paulus. Akwila, Yunani: ακυλας - AKULAS
berasal dari Pontus. Priskila,
istri dan sahabatnya yang loyal, selalu disebutkan bersama-sama dia. Ia mengungsi bersama Priskila istrinya dari Roma menuju Korintus,
karena kira-kira pada tahun 49 atau awal tahun 50 M pada waktu pengejaran
terhadap orang-orang Yahudi di bawah Claudius.
Mereka berdua sudah
menjadi Kristen sejak awal mula. Paulus tinggal di tempat mereka pada waktu
perjalanan misionaris yang kedua (Kisah 18:2-3). Di Efesus mereka menobatkan --Apollos (Kisah 18:18-26) dan di waktu
kemudiannya mereka pulang ke Roma (Roma 16:3-5).
Akwila mempunya
perusahaan di beberapa kota seperti: di Efesus, Roma, Korintus. Perusahaan ini
mmeproduksi tenda dan barang-barang kerajinan kulit serta kebutuhan masyarakat.
Akwila juga memiliki beberapa kapal niaga, yang sering digunakan oleh Paulus
untuk bepergian dalam rangka pewartaan Injil. Faktor ekonomi tentu saja
merupakan pertimbangan yang paling dominan mengapa Paulus harus bekerja sambil
memberitakan Injil. Sebab dengan bekerja, ia tidak tergantung pada orang lain.
Paulus mendapatkan penghasilannya untuk menopang misi pelayananya.
Ketika Paulus berangkat
dari Korintus, mereka menemaninya sampai Efesus, di mana mereka menampung dan
membantu memperteguh iman Apolos, tokoh yang berpengaruh itu (Kis 18:18-28).
Suami istri itu masih di Efesus dan sebuah jemaat mengadakan pertemuan di rumah
mereka, ketika surat Paulus 1 Kor ditulis. Mereka tidak melupakan teman-teman
mereka di Korintus (1 Kor 16:19);
ada suatu keterangan kuno bahwa Paulus tinggal bersama mereka lagi ketika ia
menulis surat itu. Tak lama sesudah itu mereka rupanya kembali ke Roma (Rm 16:3),
mungkin memanfaatkan kelonggaran terhadap masyarakat Yahudi yg diberikan
sesudah kematian Klaudius.
Menurut tradisi gereja,
Akwila tidak tinggal lama di Roma, karena Paulus mengutusnya menjadi penilik
jemaat di Asia Kecil. Kitab Apostolic Constitutions (7.46)
mencatat Akwila bersama Nicetas adalah uskup-uskup pertama di Asia Kecil.
Tradisi juga melaporkan bahwa Akwila mati syahid bersama istrinya, Priskila.
VI.
Onesimus
Hamba pelarian milik
Filemon, seorang Kristen berpengaruh di Kolose. Onesimus berkenalan dengan
Paulus waktu Paulus tertawan di Roma atau Efesus. Dia bertobat karena Paulus (Flm 10),
dan menjadi saudara setia yang dikasihi (Kol 4:9).
Namanya, yg artinya 'berguna', adalah suatu nama yang lazim untuk hamba-hamba,
kendati tidak terbatas hanya untuk mereka saja.
Dia hidup sesuai namanya
dengan berkelakuan begitu penolong bagi Paulus, sehingga Paulus ingin menahan
dia untuk melayaninya. Paulus tahu bahwa Filemon juga mempunyai keinginan yg
sama (Flm 13).
Tapi rasul itu tidak mau bertindak tanpa persetujuan Filemon, karena itu dia
mengembalikan Onesimus kepada pemilik semula dengan surat pengantar -- yg dalam
Alkitab dikenal sebagai Surat Paulus kepada Filemon.
Dalam surat ini Paulus
bermain kata menggunakan nama hamba itu dengan menggambarkannya sebagai “dahulu
memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu
maupun bagiku'; dan mengisyaratkan, secara sopan tapi terang, bahwa dia
mengharapkan Filemon menerima Onesimus kembali untuk selama-lamanya, bukan lagi
sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yg
kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun
sebagai orang Kristen” (Flm 15, 16).
Namun Paulus mengakui, bahwa menyuruh dia kembali adalah sama dengan kehilangan
sebagian dirinya sendiri (Flm 12).
Pada Surat Paulus kepada Filemon itu terlihat bahwa Onesimus menjadi orang Kristen yang
percaya. Paulus menaruh harapan kepada
Onesimus dan ingin ia membantunya dalam pelayanan. Paulus tahu bahwa menurut hukum saat itu ia
bertanggung-jawab untuk mengembalikan seorang budak yang kabur seperti Onesimus
kepada tuannya. Ada peraturan bahwa orang yang menyembunyikan budak-budak yang
melarikan diri akan terkena hukuman di kekaisaran Romawi. Selain itu Paulus
juga menyadari bahwa tindakan itu dapat mengancam ikatan persahabatan kristiani
antara dirinya sendiri dengan Onesimus dan Filemon. Oleh karena itu Paulus
mengembalikan Onesimus kepada Filemon. Namun, Paulus berharap sekembalinya
Onesimus kepada FIlemon, hendaknya Onesimus dianggap tidak lagi sebagai hamba
tetapi sebagai seorang saudara yang kekasih.
Menurut tradisi, Onesimus kemudian menjadi salah
satu pemimpin suatu gereja Kristen. Diperkirakan
ia menjadi uskup di Efesus dan mengumpulkan surat-surat Paulus yang ada.
VII.
Febe
Febe (bahasa Yunani: Φοίβη, Foibé; bahasa Inggris: Phebe atau Phoebe; artinya
"bersinar-sinar") seorang diaken perempuan
yang melayani jemaat gereja di Kengkrea, seperti tertulis dalam surat
rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Febe adalah pembawa surat itu dari Korintus, tempat Paulus membuat surat, ke Roma. Istilah "prostatis"
(="pelindung", "pemberi bantuan") di ayat Roma 16:2 menunjukkan bahwa ia merupakan salah
seorang penyantun gereja dan pelayanan Paulus. Catatan mengenai
jabatan Febe sebagai menarik perhatian, karena menunjukkan bahwa perempuan
dapat menjabat sebagai diaken pada zaman gereja
mula-mula.
VIII.
Dionisius
Areopagus
Dionisius orang
Areopagus (bahasa
Yunani: Διονύσιος ὁ Ἀρεοπαγίτης; bahasa Inggris: Dionysius the Areopagite) adalah seorang yang disebut dalam bagian Perjanjian Baru, yang kemudian menjadi martir pada
masa pemerintahan Kaisar Domitian. Ia
lahir di Athena.
Dionisius mempelajari bidang astronomi di Mesir sehingga ia menjadi seorang astrolog terkenal pada
masanya.Usai menimba ilmu di Mesir, ia kembali ke Atena dan di sana Dionisius dipilih menjadi senator di dalam majelisAreopagus. Dionisius
menjadi salah satu orang yang menjadi Kristen oleh karena pemberitaan Paulus di Athena. Dengan demikian, ia mengalami dilemma
sebagai seorang senator dan seorang Kristen. Sebagai senator, ia harus ikut menyembah dewa-dewa Romawi dan kaisar. Akhirnya, Dionisius memutuskan
meninggalkan jabatannya sebagai senator.
Dalam Kisah Para Rasul dicatat: “Beberapa orang laki-laki
menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius,
anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga
orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.” (Kis 17:34)
Menurut Dionisius dari Korintus, yang dikutip
oleh Eusebius,
Dionisius yang di Atena ini kemudian menjadi uskup kedua di Atena. Setelah
terjadi berbagai penghambatan terhadap orang-orang Kristen di Athena,
Dionisius ikut tertangkap dan diadili di hadapan gubernur Athena. Ia mengalami
berbagai penyiksaan karena tidak mau ikut mempersembahkan kurban kepada
dewa-dewa dan kaisar. Oleh Kaisar, Dionisius dijatuhi hukuman mati
yaitu hukuman pancung.
Dionisius banyak meninggalkan karya-karya yang ditulisnya selama
ia hidup.[4] Beberapa
karyanya yang terkenal adalah:
·
De Divinis Nominibus (Nama-nama Ilahi),
di dalamnya dibicarakan tentang nama- nama Allah dan
sifat-sifatnya.
·
De Mystica Theologia (Teologi Mistik)
yaitu mengenai persekutuan manusia dengan Allah.
·
De Ecclesiastica Hierarchia (Hirarki Gerejawi)
yang berisi tentang tingkatan pelayanan dalam gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar